Tuesday, February 8, 2011

DOMBA jenis usaha

(dari blog orang lain)

IMPIAN KAMI

Hijau& Sejukkan Negeriku: ”Pah, nulis lagi lah untuk bisa berbagi pengalaman, suka dan duka dalam agribisnis.” pinta penulis kepada pak Suhadi, sang creator sekaligus ayah bagi penulis. ”Tugas kamu lah itu sebenarnya. Yang muda yang tampil dan bicara.” jawabnya. ”Tapi yang tua pastinya tetap tampil juga untuk membina dan mengayomi yang muda dengan pengalaman dan jam terbangnya.” balas penulis. Yes, akhirnya pak Suhadi pun luluh, di tengah kesibukannya maka ia pun akan mencoba memberikan kontribusi terhadap keberadaan Blog ini melalui tulisan yang coba beliau buat, ”Menulis harus dengan hati dan sesuai apa yang kita sudah alami terkait Agribisnis.” ucapnya sebagai saran yang selalu disampaikan kepada penulis. Sebuah menu khusus yaitu Sang Penggagas coba penulis buat pada Blog ini. Berikut share pengalaman dari pak Suhadi, penggagas Villa Domba:






Yang dipilih untuk proyek masa depan kami adalah tanah murah walau dengan resiko tanah yang dibeli adalah lahan kritis, lahan berupa padang alang alang dan kebun singkong awalnya. Apa boleh buat. Kami mulai dengan 100 tumbak (1 tumbak = 14m2), dan langsung kami garap dengan membuat terasering serta menanam tanaman keras. Saat itu pembelian tanah pertama kali tanggal 26 januari 2003, secara bertahap dan penduduk sekitar mulai menawarkan lahannya yang kritis tersebut kepada kami, bila harga wajar kami beli sehingga keberadaan kami tidak mempengaruhi harga tanah di sekitar kebun. Demikian seterusnya sampai kurang lebih ada 29 transaksi, selama lebih dari tiga tahun.......Beli, langsung kami garap sehingga saat ini kami memiliki lahan seluas kurang lebih 7 hektar, semuanya dilereng bukit.





Kebun kami berada pada ketinggian 750 m di atas muka laut, memiliki sumber air (mata air) di kaki bukit sehingga kami perlu memompanya untuk penyiraman dimusim kemarau. Selain bak air penampung, kami banyak membuat jalan jalan setapak agar tanaman tidak terinjak injak. Tanah, kami bagi bagi menjadi kapling kapling, tiap kapling kami bedakan peruntukkannya . Untuk kebun vanili, kapling dihutankan dulu agar lebih teduh dan cocok untuk vanili, atau tanaman sejenisnya seperti lada . Tanaman keras dan buah buahan pada tempat lebih terbuka karena perlu banyak sinar matahari. Sebutan cocok untuk kebun kami adalah Multi Crops Agricultures. Tanaman buah, tanaman hias, rempah rempah, sayur mayur, oh alangkah banyak pilihan. Apakah semua komersial, atau sebagian hanya untuk hiasan saja? Nanti hasilnya untuk apa? Dijual atau dikonsumsi sendiri, atau kombinasii keduanya? Dalam menentukan pilihan, kami telah mempertimbangkan beberapa aspek, misalnya: iklim, ketinggian dari muka laut, sumber air, curah hujan, luas lahan, intensitas cahaya, struktur tanah, komposisi tanah, tenaga kerja, keamanan, masa panen, umur tanaman, modal, persaingan usaha, transportasi, pasar, harga produk dan fluktuasii harga, orientasi pasar domestik atau ekspor. Kami berpendapat, kebun dengan hanya satu atau dua tanaman akan sangat rawan terhadap fluktuasi pasar atau kegagalan tanam karena tidak cocok: contoh kebun cengkeh, tanaman palawija, strawberry. Sementara kami yang menjelang pensiun, waktu dan dana adalah sangat sensitif...........Sehingga perlu dihitung secara cermat. Tanaman hias menurut pendapat kami kurang pas karena kami pemula.........Bisnis tanaman hias sangat sarat dengan persaingan. Perlu timing yang pas untuk masuk ke dunia tanaman hias agar masih sesuai dengan trend pasar. Sementara pemain pemain lama sangat menguasai teknologi untuk mengikuti trend pasar. Bila tetap jadi pilihan maka kita harus siap siap mencari strategi bagaimana bersaing dengan pemain lama.







Mensiasati lahan yang kurang begitu luas dan resiko kegagalan yang besar yang tidak boleh terjadi, kami lebih memilih sistim tumpang sari dengan harapan adanya peluang mendapatkan hasil kebun secara berkesinambungan dan optimal. Untuk kebutuhan jangka panjang, kami memilih tanaman keras (Jati, Manglid, Mahoni), diharapkan tanaman tersebut dapat dipanen setelah 10 tahun ke atas, untuk tanaman jangka menengah (Sengon, Durian, Mangga, Lengkeng) dapat dipanen setelah 5 – 10 tahun, serta kebutuhan jangka pendek (Kopi, Vanili, Kemiri) dapat dipanen dibawah 5 tahun. Selain tanaman kebun, kami juga melengkapi koleksi dengan berbagai rumput dan hijauan untuk pakan ternak . Setelah 5 tahun dengan konsep tumpang sari, lahan kami saat ini layaknya seperti hutan lindung. Berubah dari keadaan awalnya yang saat itu berupa lahan kritis. Kebutuhan pupuk, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri karena kami memiliki ternak domba yang saat ini berjumlah 250 an ekor. Dengan sistim tumpang sari, seolah olah kami saat ini memiliki lahan 3 – 4 kali lebih luas dari yang sebenarnya. Perlu diperhatikan, dengan sistim ini maka pasokan pupuk harus prima dan dapat mencukupi semua kebutuhan tanaman. Catatan kami, kebutuhan pupuk di kebun saat ini sebanyak 30 ton per hektar untuk dua kali pemupukan, yaitu untuk awal musim kemarau dan awal musim hujan. Perlu juga diperhatikan kondisi lingkungan dari lokasi yang digunakan untuk tumpang sari harus dapat diterima oleh masing masing jenis tanaman, baik untuk pertumbuhan tanaman ataupun untuk perakarannya. Tanaman yang suka teduh tidak dapat dicampur dengan tanaman yang suka sinar. Tanaman berakar serabut jaraknya harus diperhitungkan terhadap perakaran tanaman lainnya. Dengan demikian tanaman akan hidup berdampingan secara sehat tidak tumpang tindih.





Pilihan domba bukan kambing, alasan utamanya karena kami masyarakat Jawa Barat lebih akrab dengan domba dibanding kambing. Apalagi Domba Garut sangat populer dan punya banyak nilai tambah dibanding domba biasa. Seperti telah disampaikan, peternakan kami didirikan dengan tujuan utama sebagai sumber pupuk. Agar mencukupi kebutuhan,......Kami saat ini memiliki 250 an ekor ternak domba Garut. Kelebihan dombanya kami jual untuk kebutuhan aqiqah, daging qurban dan bibit untuk peternak lainnya. Saat ini selain dijual, kami sedang melaksanakan sistim bagi hasil dengan petani dan peternak lain agar kami tidak perlu menambah kapasitas kandang dan pakannya. Konsep bagi bagi rezeki melalui hubungan inti-plasma ternyata banyak diminati calon peternak. Alhamdullilah..........






Berkat Kerja keras, saat ini lahan kritis sudah menghijau bahkan cenderung menghutan. Pada tahap awal kami telah memiliki 6000 pohon vanili dan sudah 100 pohon kami petik buahnya sebagai panen perdana. Kopi Arabika sudah belajar berbuah...., panen perdana kami 1,5 kintal...., Durian sedang belajar berbuah. Jati sudah mencapai tinggi 10 m dan diameter 15 cm. Alhamdullilah, saat ini kami sedang memproses hasil kebun (Kopi dan Vanili) untuk dipromosikan dan dijual. Saat ini sedang kami siapkan penanaman vanili tahap dua sebanyak 2000 pohon . Pengembangan vanili kami laksanakan secara bertahap karena perlu proses pematangan lahan sambil menunggu bibit baru produksi sendiri.



Kondisi kebun kami kerap dikunjungi petani, peternak, mahasiswa PKL, penelitian dan masyarakat yang ikut pelatihan serta calon pembeli produk kami, baik dari Dalam bahkan dari Luar Negeri. Konsep agrobisnis kami adalah menangani kegiatan hulu dan hilir, tidak punya keinginan untuk menjual mentahnya yang selama ini menjadi pekerjaan para pengumpul dan pengijon. Kami mau jual sendiri ke pasar (belajar dari pengalaman pahit petani vanili), walaupun harus melalui prosedur ekspor. Tentunya kami harus memiliki kemampuan untuk memasarkan, mengerti keinginan konsumen serta tahu prosedur ekspor. Insya Allah, kami akan kerja keras dan banyak belajar walaupun untuk seorang petani pemula akan terasa berat.........Tapi hanya inilah caranya......., bagaimana agar produksi kita masih bisa dihargai oleh pasar, tanpa dirusak, atau dirugikan oleh faktor diluar petani.............Bismillah......................




No comments:

Post a Comment