Tuesday, February 8, 2011

DOMBA berbagi bersama

(dari blog orang lain)

TERIMAKASIH PETERNAK RAKYAT!
“Gimana nih si abang! Masa peternak Gambung tidak pernah dikunjungi! Yang berkunjung pasti kang Alam bersama tim teknis lapangan terus!” sindir kang Budhi kepada penulis di mana kang Budhi merupakan Pembina dari Kelompok Ternak Rakyat Gambung sebagai salah satu lokasi kemitraan Villa Domba. Hari sudah larut malam di lokasi perkebunan organik dan peternakan Villa Domba namun pertemuan masih berlangsung dengan penuh semangat terkait persiapan panen hasil kemitraan domba di mitra Gambung esoknya sekaligus distribusi induk domba betina baru kepada peternak rakyat di wilayah tersebut.





KLIK Video(1)
http://www.youtube.com/watch?v=ZxiqCUx9N2k
Sebagaimana informasi yang seringkali penulis sampaikan pada Blog ini, kemitraan yang dilakukan oleh Villa Domba bersama masyarakat adalah menitipkan induk domba yang sudah bunting dengan usia kebuntingan 1 bulan untuk kemudian ditarik kembali setelah melahirkan anak berusia 3 bulan dan ditukar dengan induk bunting yang baru. Banyak keuntungan dengan cara ini antara lain, siklus reproduksi Domba Garut dapat tercapai yaitu beranak 3 kali dalam periode 2 tahun (5 bulan kebuntingan dan 3 bulan istirahat kawin), efesiensi biaya pakan dan meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat dengan pendapatan yang pasti. Rapat pada malam tersebut juga membahas terkait rencana pertemuan kelompok dan pembekalan teknis di Villa Domba bagi mitra peternak Gambung yang akan berlangsung tidak lama lagi.


KLIK Video(2)
http://www.youtube.com/watch?v=eJ4RAHS1blo
Inilah salah satu wilayah lumbung produksi ternak Villa Domba, setelah domba betina yang dimiliki oleh Villa Domba dinyatakan positif bunting oleh tim produksi di kandang sentra maka untuk selanjutnya domba tersebut langsung dimitrakan kepada peternak rakyat. Domba betina yang telah memiliki anak untuk selanjutnya ditarik kembali ke kandang Villa Domba untuk kegiatan perkawinan dan ditukar induk bunting baru bagi peternak rakyat. Insya Allah bilamana ada rejeki maka Kami pun sedang berencana membangun kandang koloni perkawinan di setiap lokasi kemitraan sehingga domba pun tidak perlu repot lagi dikawinkan di Villa Domba, mohon doa, banyak persiapan yang harus dilakukan pastinya, mulai dari pembekalan teknis seputar reproduksi bagi peternak rakyat hingga kesiapan tim lapangan tentunya.






KLIK Video(3)
http://www.youtube.com/watch?v=RoR-vGuBNik
Bravo Energi Muda Andalas! Tidak hanya kegiatan rotasi induk ataupun panen anak domba, setiap kali kunjungan kemitraan di mana tim teknis Kami juga melakukan kegiatan pengobatan untuk domba-domba yang dimitrakan. Alhamdullilah di mana pada kegiatan kemitraan di Gambung kemarin tim Villa Domba mendapatkan dukungan luar biasa dari para energi muda Politeknik Pertanian Universitas Andalas yang sedang melakukan Praktik Kerja Lapangan di Villa Domba. Majulah generasi muda ternak Indonesia!




Mohon doa, Insya Allah penulis tengah merampungkan sebuah catatan terkait kemitraan domba yang tengah berjalan dan dilakukan oleh Villa Domba sekarang ini. Besar harapan di mana catatan ini akan berguna bagi seluruh Insan Peternakan Indonesia yang memiliki motivasi dan keinginan kuat untuk bersama peternak rakyat dalam memajukan usaha ternak di Indonesia. Salam Peternak!

Catatan Kemitraan (1)

Muncul kecemasan pada awalnya manakala penulis diminta oleh sang penggagas Villa Domba guna memulai kemitraan ternak domba bersama masyarakat. Apakah domba akan dipelihara dengan baik oleh masyarakat? Apakah domba tidak akan hilang ketika dititipkan kepada masyarakat? Bagaimana dengan produktivitas dan kesehatan domba? Jujur, lebih banyak cerita kegagalan yang penulis dengar berhubungan dengan kemitraan ternak domba bersama masyarakat dalam hal ini petani ataupun peternak desa sebagai mitra pemelihara. Seringkali penulis dengar cerita seseorang yang membeli ternak domba untuk dipelihara di kampung halamannya dan berharap domba yang dititipkannya akan beranak pinak ataupun menjadi gemuk saat ia kembali menengok dombanya, namun kenyataan yang terjadi adalah domba tidak beranak pinak, kurus dan berpenyakit, mati ataupun hilang dicuri orang.


Tidak ada pilihan lain bagi Villa Domba saat itu, populasi ternak domba yang semakin banyak belum bisa diimbangi dengan pembangunan kapasitas kandang memadai sebagai tempat pemeliharaan ternak, ketersediaan lahan rumput sebagai pakan ternak semakin terbatas dan sudah tidak sebanding lagi dengan jumlah domba yang ada. Produktivitas Domba Garut Betina memang luar biasa, satu ekor induk domba dapat melahirkan anak sebanyak 3 kali dalam periode 2 tahun, itu artinya hanya dari 100 ekor induk domba yang Kita miliki akan bertambah sebanyak 600 ekor dalam waktu 2 tahun apabila rata-rata jumlah kelahiran anak dihitung 2 ekor dari tiap 1 induk domba. Villa Domba harus berhati-hati melangkah saat mengambil keputusan menjalankan kemitraan ternak domba bersama peternak desa. Terlebih induk domba merupakan asset penting dalam usaha pembibitan ternak yang dijalankan. Berikut adalah kegagalan yang seringkali terjadi pada kemitraan ternak domba bersama peternak desa dari pengamatan tim Kami:


1. Terjadinya kasus kematian ternak domba yang tidak diketahui oleh pemilik.
2. Domba hilang ataupun dicuri orang manakala dititipkan di kandang peternak desa.
3. Domba dijual oleh petani ataupun peternak desa tanpa seijin pemilik.
4. Domba tidak berkembangbiak dengan baik karena keterbatasan pengetahuan petani.
5. Domba terkena penyakit seperti cacingan, kudis dan orf.
6. Domba dipindahtangankan oleh petani kepada petani lain tanpa seijin pemilik.
7. Domba dimangsa binatang lain.


Sangat disayangkan tentunya, potensi Domba Garut sebagai ternak lokal unggulan menjadi tersia-siakan dalam pengembangannya dengan banyaknya kegagalan dalam pelaksanaan kemitraan. Belum lagi nilai kerugian yang diderita oleh si pemilik ternak ataupun petani sebagai mitra. Apakah kemitraan ternak Domba Garut bersama peternak desa masih layak dikatakan sebagai bentuk kerjasama yang menguntungkan? Tantangan bagi penulis bersama tim Villa Domba pada masa itu untuk menjawabnya.


Kemitraan ternak domba sebenarnya sudah merupakan tradisi turun temurun yang banyak dijumpai pada sistem masyarakat desa, warga desa yang memiliki kemampuan membeli domba menitipkan dombanya kepada warga lainnya dikarenakan beragam keadaan, tidak ada keluarga yang mampu mengurus, sempitnya lahan untuk membuat kandang ataupun keterbatasan modal untuk membuat kandang. Kesepakatan lisan pun terjadi antara pemilik ternak dengan petani sebagai pemelihara terkait pembagian keuntungannya nanti dengan cara bagi hasil yang umumnya berlaku sebagai berikut, apabila domba yang dititipkan oleh pemilik ternak kepada pemelihara adalah induk betina, maka saat induk domba melahirkan anak terjadi kesepakatan pembagian keuntungan berupa bagi fisik anak domba yaitu:


Seandainya anak domba yang lahir adalah sebanyak 1 ekor baik berjenis kelamin jantan maupun betina maka hak kepemilikan ternak pertama akan jatuh pada pemilik domba, pemelihara ternak tetap berkewajiban memelihara anak domba tersebut sampai dengan si pemilik memutuskan untuk mengambilnya.

Seandainya anak domba yang lahir adalah sebanyak 2 ekor dan keduanya berjenis kelamin jantan maka hak kepemilikan ternak akan saling berbagi dengan masing-masing 1 ekor anak, pemelihara ternak masih berkewajiban memelihara anak domba tersebut sampai dengan si pemilik memutuskan untuk mengambilnya.

Seandainya anak domba yang lahir sebanyak 2 ekor dan masing-masing berjenis kelamin jantan dan betina maka hak kepemilikan ternak tetap akan saling berbagi namun prioritas kepemilikan anak domba jantan adalah untuk si pemilik ternak sedangkan anak domba betina untuk si pemelihara, pemelihara ternak masih tetap berkewajiban memelihara anak domba tersebut sampai dengan si pemilik memutuskan untuk mengambilnya.

Seandainya anak domba yang lahir adalah ganjil maka hak kepemilikan ternak adalah harus lebih besar si pemilik ternak, tugas pemelihara ternak tetap tidak ada perubahan yaitu berkewajiban memelihara anak domba tersebut sampai dengan si pemilik memutuskan untuk mengambilnya.


Bagaimana bila domba yang dititipkan adalah jantan? Biasanya adalah untuk penggemukkan domba kurban, petani sebagai pemelihara ternak berkewajiban memelihara domba jantan hingga tiba saatnya pelaksanaan hari raya kurban, pemilik ternak akan mengambil domba jantan dari si pemelihara dengan harga jual yang ditentukan oleh si pemilik ternak, pemelihara tidak mengetahui berapa harga jual si pemilik kepada konsumen, pembagian keuntungannya pun ditetapkan oleh si pemilik ternak. Sangat membingungkan bagi penulis dan tim Villa Domba dengan kesepakatan lisan yang sudah menjadi tradisi tersebut. Pada tradisi yang berjalan di mana kesepakatan lisan lebih cenderung memberikan keuntungan bagi si pemilik ternak dan paling repot adalah pemelihara ternak. Kemudian tidak ada tanggungjawab resiko yang jelas bagaimana seandainya domba mengalami sakit ataupun kematian termasuk kehilangan ternak.



Pemilik ternak lebih senang memiliki anak domba jantan dikarenakan harga jual lebih menguntungkan sedangkan pemelihara mendapatkan anak domba betina yang mana baru bisa memasuki usia produktif di usia 1 tahun. Tidak heran seandainya banyak kasus pemotongan anak domba betina produktif sekarang ini yang disebabkan keterdesakan si pemelihara ternak untuk mendapatkan keuntungan. Jangan heran seandainya si pemelihara ternak ternyata bersabar untuk membesarkan anak domba betinanya hingga memasuki usia produktif maka tidak mau lagi bekerjasama dengan si pemilik ternak. Bisa jadi pemelihara ternak hanya akan memperhatikan domba miliknya saja dan mengabaikan pemeliharaan domba si pemilik ternak.

Mohon maaf, kondisi lapangan yang terjadi umumnya pemilik ternak hanya sekedar menitipkan domba kepada si pemelihara. Tidak ada pengawasan ataupun transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan oleh pemilik ternak kepada pemelihara, bahkan ada pemilik ternak yang mempercayakan sepenuhnya perawatan ternak kepada si pemelihara karena ia sendiri belum paham bagaimana cara memelihara domba, sungguh aneh apabila ada pemilik ternak yang tidak membekali dirinya terlebih dahulu dengan pengetahuan beternak padahal ia sendiri berharap banyak dari usaha ternak yang dijalankan. Walaupun peternak desa mungkin sudah terbiasa memelihara ternak domba, pada kondisi lapangan masih banyak dijumpai keterbatasan si pemelihara ternak manakala melakukan budidaya ternak domba, antara lain, keterbatasan pengetahuan reproduksi ternak domba, minimnya pengetahuan pemeliharaan ternak domba sehat, ketiadaan dana untuk membeli peralatan beternak dan utamanya tidak ada pencatatan administrasi kemitraaan ternak domba yang sedang berjalan sebagai instrument pengawasan usaha. Faktanya jelas di mana usaha ternak domba di Indonesia masih berjalan di tempat dan sulit untuk berkembang di tengah serbuan produk daging impor yang kian mengganas.
Diposkan oleh Agus Ramada di 08.04

referensi

http://dombagarut.blogspot.com/2009/06/terimakasih-peternak-rakyat.html

No comments:

Post a Comment